Bukan Puisi
Bukan puisi melainkan tulisan untuk membuat kamu mengerti.
Sang Tuan pembisu handal.
Sang nona kalah mahir dibuatnya.
Sang Nona tak biasa mengaku.
Sang Tuan ikut terbiasa.
Puisi adalah senjata mereka
Sang Tuan mulai mencoba menulis
Sang Nona mulai mencoba menghapus
Berakhir menjadi kertas kosong
Mereka terbunuh oleh puisi masing masing.
Tidak ada yang tahu,keduanya memilih sendiri atau belum siap mengaku cinta terlebih dulu?
Si Nona pemalu menutup diri dengan menunggu
Si Tuan bersembunyi tanpa tahu kapan harus menampakan diri.
Dulu mereka miliki segalanya,waktu dan jarak,bertegur sapa bisa kapanpun
namun mereka memilih diam,sungguh dua hati yang egois dan angkuh.
Setelah perpisahan tanpa sampai jumpa atau pun selamat tinggal,kini mereka kehilangan segalanya,jarak semakin mengukuhkan pemendaman itu,waktu terbuang saling menunggu,tidak ada yang tahu apa yang keduanya inginkan,memilih bersama atau mengakhiri tanpa titik temu.
Keduanya nyaman,mencintai diam-diam.
Rindu mereka hanya sebuah puisi sendu dan nyanyian pilu yang merdu.
Jika aku Sang Nona.
Sang Tuan memang layak ditunggu.
Tapi tidak ada alasan untuk aku tetap menunggu.
Jika aku Sang Tuan.
Sang Nona memang layak ditunggu.
Tapi tidak ada tanda untuk aku tetap menunggu.
Jika aku Sang Nona dan kamu Sang Tuan,
jika yang kamu bagikan tertuju padaku maka aku mengaku,
"Memendam dan menunggu kucipta karena ragu."
~A~
Komentar
Posting Komentar